Hati-hati Berkomentar! Melakukan ini Ternyata Haram Hukumnya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari berinteraksi dengan orang lain. Tentu, dalam interaksi yang berlangsung tidak selalu positif. Terlebih di zaman modern serba canggih, interaksi tidak hanya terjadi di dunia nyata.
Pengguna atau masyarakat dalam dunia daring atau netizen bebas berinteraksi dan saling berkomentar tentang apapun. Saking bebasnya sampai-sampai muncul fenomena maha benar netizen dengan segala komentarnya. Duh!
Bagaimana ya Islam memandang fenomena ini?
Allah telah mengharamkan beberapa hal yang guna menjaga persaudaraan sekaligus kehormatan manusia. Salah satunya ialah larangan mengolok-olok orang lain. Seorang mukmin yang takut kepada Allah dan mengharapkan negeri akhirat, tidaklah halal mengolok-olok siapa pun atau menjadikan seseorang sebagai bahan bercandaan atau olok-oloknya.
Kenapa demikian? Di balik sikap mengolok-olok tersembunyi kesombongan, tipuan yang mematikan, penghinaan kepada pihak lain, dan ketidaktahuan akan ukuran-ukuran kebaikan di sisi Allah.
Oleh karena itu Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah pula sekumpulan perempuan merendahkan perempuan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan panggilan yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim, (Q.S. al-Hujurat [49]: 11).
Ukuran-ukuran kebaikan di sisi Allah sesungguhnya terletak pada keimanan dan keikhlasan, berada di atas hubungan baik dengan Allah, bukan pada paras wajah dan postur tubuh. Juga bukan pada keagungan dan kekayaan.
Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat paras wajah kalian dan harta kekayaan kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim; 2564)
Karena itu, tidaklah dibenarkan seseorang baik laki-laki maupun perempuan, mencela orang lain karena postur tubuhnya, cacat pada anggota tubuhnya, ataupun kemiskinan hartanya.
Terdapat sebuah riwayat, suatu ketika betis Abdullah ibn Mas’ud yang kecil tersingkap. Sejumlah orang yang hadir sontak menertawakannya. Lalu Rasulullah segera menegur mereka,
“Apakah kalian menertawakan betisnya yang kecil? Demi Zat yang menggenggam jiwaku, kedua betis itu lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud.” (H. Ahmad; 3991)
Kisah lain juga termuat dalam al-Qur'an tentang bagaimana orang-orang musyrik yang berdosa mengolok-olok orang mukmin, terlebih mereka yang lemah seperti bilal dan Amman—kelak pada hari kiamat, keadaan mereka akan berbalik. Yang mengolok-olok akan diolok-olok dan ditertawakan. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut,
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang kafir, (Q.S. al-Muthaffifin [83]: 29-34).
Demikian Allah telah tegas melarang kita merendahkan, mengolok-olok atau mem-bully sesama makhluk Allah. Sebuah pepatah mengatakan bahwa “merendahkan orang lain tidak membuatmu tinggi. Sebab tinggi hanya bisa dicapai oleh ia yang berhati rendah”.
Wallahu ‘alam.
Rujukan:
Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi
Share this article on


Today Quote:
Born from different mothers skins of all colours come together as brothers . that’s the beauty of Islam.
Posted in taiwanhalal.com